Minggu, 12 Oktober 2014

Dampak Buruk Penggunaan Blackberry di kalangan Masyarakat
Bismillah Alhamdulillah... Di zaman era globalisasi yang semakin maju saat ini, banyak hal yang terus berkembang yang disebabkan atas dasar pemikiran manusia yang rumit dan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak pernah cukup. Saat ini perunahan yang paling menonjol adalah terlihat pada semakin berkembangnya teknologi informasi dan teknologi. yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Kehidupan di kalangan msyarakat memang tidak pernah lepas dari pergaulan. 

Masyarakat ingin selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan zaman agar tidak dijuluki si KUPER, atau ketinggalan zaman. Salah satu contoh yang telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat sekarang in adalah Handphone.

Semakin berkembangnya teknologi informasi, telah memunculkan berbagai macam variasi handphone. Salah satunya yang paling populer dikalangan masyarakat adalah BlackBerry Smartphone. Mempunyai telepon genggam yang serba canggih dan pintar memang sungguh menyenangkan, Berbagai fitur ditawarkan untuk mempermudah berkomunikasi, mulai dari menelepon, sms, BBM, 3G, Media Social Network dan lain sebagainya. Namun apa daya dibalik kecanggihan teknologi tersebut ada beberapa dampak buruk bagi penggunannya, hal ini pun dikemukakan oleh pengguna sendiri. Di bawah ini adalah Dampak Buruk Penggunaan Blackberry di kalangan Masyarakat, yaitu:
  • BlackBerry dapat membuang waktu sang pengguna dengan fitur BlackBerry Messenger.  Dengan layanan internet 24 jam, perangkat Blackberry akan bergetar atau berdering setiap saat, ketika ada email dan pesan singkat masuk. Dan setiap saat pula, pengguna akan memainkan Blackberry-nya, termasuk ketika sudah berada di tempat tidur. Tak jarang pula, pengguna begitu sensitif dengan getar Blackberry, sehingga mudah terbangun dari tidur untuk membuka pesan yang masuk. Kebiasaan menyanding Blackberry di tempat tidur inilah yang akhirnya membuat tidur tak berkualitas. Dampak selanjutnya, tentu menyerang kesehatan. Bukan rahasia lagi bahwa rendahnya kualitas tidur berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Sebuah penelitian mengungkap, pengguna Blackberry yang memiliki kebiasaan memainkannya sebelum tidur rentan mengalami insomnia, sakit kepala, dan kesulitan berkonsentrasi
  • BlackBerry dapat menimbulkan sindrom (gila), karena sering tertawa tanpa ada sebab yang jelas.
  • Dapat memecah konsentrasi melakukan aktifitas.  Di balik kemudahan yang diberikan, Blackberry berisiko melemahkan daya konsentrasi penggunanya. Karakternya yang mampu membuat pengguna melakukan sejumlah hal dalam waktu bersamaan cenderung membuat seseorang kesulitan menyerap informasi lantaran fokusnya mudah beralih dari satu hal ke hal lain.
  • Semakin sering kita menggunakan BlackBerry, maka semakin sering kita menghambur-hamburkan uang.
  • Masyarakat bisa lupa waktu karena terlalu sering memainkan BlackBerry.  Penggunaan Blackberry membentuk budaya stres di tempat kerja. Fasilitas internet 24 jam yang dijagokan telepon seluler pintar itu mengacaukan waktu luang pekerja. Tugas dan hal-hal yang menyangkut pekerjaan bisa hadir kapanpun, termasuk kala sedang libur.
  • BlackBerry dapat menyebabkan sang pemakai menjadi ANTI SOSIAL, karena pemakai sudah bisa chatting tanpa harus menemui orang secara langsung.
  • Tidak jarang BlackBerry menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas.

Denikian artikel tentang Dampak Buruk Penggunaan Blackberry di kalangan Masyarakat. Meskipun perkembangan BlackBerry di Indonesia ini sangatlah pesat, dan belum lagi dampak buruk dari BlackBerry itu sendiri, saya menyarankan bahwa kita harus tahu bahwa BlackBerry bukanlah gadget yang digunakan untuk Fantasi dan gaya-gaya-an semata, melainkan sebagai sarana untuk mencari ilmu pengetahuan yang belum kita ketahui

Minggu, 28 September 2014

aspek - aspek biofarmasi

FARMAKOLOGI UMUM                               

                                                     
A.      ASPEK-ASPEK BIOFARMASI

1. Pengertian Biofarmasi
          Biofarmasi adalah ilmu yang bertujuan mempelajari pengaruh - pengaruh pembuatan sediaan farmasi terhadap efek terapeutik obat. Sekitar tahun 1960 para ahli mulai sadar bahwa efek obat tidak hanya tergantung pada faktor farmakologi, melainkan juga pada bentuk pemberian dan terutama pada faktor formulasinya.
          Faktor-faktor formulasi yang dapat merubah efek obat dalam tubuh adalah:
·      Bentuk fisik zat aktif (amorf atau kristal, kehalusannya)
·      Keadaan kimiawi (ester, garam, garam kompleks dsbnya)
·      Zat-zat pembantu (zat pengisi, pelekat, pelicin, pelindung dan sebagainya)
·      Proses teknik yang digunakan untuk membuat sediaan

Sebelum obat yang diberikan kepada pasien tiba pada tujuannya dalam tubuh, yaitu tempat kerjanya atau reseptor, obat harus mengalami beberapa proses. Secara garis besar proses-proses ini dapat dibagi dalam tiga tingkat yaitu:
·      Fasa biofarmasi
·      Fasa Farmakokinetik
·       Fasa Farmakodinamik







Skema
Tablet dengan zat aktif
 








FASA BIOFARMASI
·      Resorpsi
·      Metabolisme
·      Distribusi
·       Ekskresi
 
Obat tersedia untuk bekerja
 






                                          FASA FARMAKOKINETIK
Interaksi dengan reseptor di tempat kerja
 
Efek
 




FASA FARMAKODINAMIK

Keterangan Skema :
Fasa Biofarmasi atau Farmasetika adalah fase yang meliputi waktu mulai penggunaan obat melalui mulut sampai pelepasan zat aktifnya kedalam cairan tubuh. Fase ini berhubungan dengan ketersediaan farmasi dari zat aktifnya dimana obat siap diabsorbsi.
Fasa Farmakokinetika adalah fase yang meliputi semua proses yang dilakukan tubuh, setelah obat dilepas dari bentuk sediaannya yang terdiri dari absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
Fasa Farmakodinamika adalah fase dimana obat telah berinteraksi dengan sisi reseptor dan siap memberikan efek.
Dalam biofarmasi ini kita akan mengenal beberapa istilah yang berhubungan dengan aspek-aspek yang kita pelajari :
a)             Ketersediaan farmasi  (Farmaceutical Availability)
Adalah ukuran waktu yang diperlukan oleh obat untuk melepaskan diri dari bentuk sediaannya dan siap untuk proses resorpsi. Kecepatan melarut obat tergantung dari berbagai bentuk sediaan dengan urutan sebagai berikut:
Larutan - suspensi - emulsi - serbuk - kapsul - tablet - enterik coated - long acting.
b)             Ketersediaan hayati (Biological Availability)
Adalah prosentase obat yang diresorpsi tubuh dari suatu dosis yang diberikan dan tersedia untuk melakukan efek terapeutiknya.
c)             Kesetaraan terapeutik (Therapeutical Equivalent)
Adalah syarat yang harus dipenuhi oleh suatu obat paten yang meliputi kecepatan melarut dan jumlah kadar zat berkhasiat yang harus dicapai di dalam darah. Kesetaraan terapeutik dapat terjadi pada pabrik yang berbeda atau pada batch yang berbeda dari produksi suatu pabrik.
d)             Bioassay dan standardisasi
Bioassay adalah cara menentukan aktivitas obat dengan menggunakan binatang percobaan seperti kelinci, tikus, kodok dan lain-lain.

Standarisasi ialah kekuatan obat yang dinyatakan dalam Satuan Internasional atau IU (International Unit) yang bersamaan dengan standart-standart internasional biologi dikeluarkan oleh WHO. Ukuran-ukuran standart ini disimpan di London dan Copenhagen.

Tetapi setelah metode Fisiko-Kimia dikembangkan, bioassay mulai ditinggalkan, begitu pula dengan penggunaan satuan biologi dan selanjutnya kadar dinyatakan dalam gram atau miligram.

Obat yang kini masih distandarisasi secara biologi adalah insulin (menggunakan kelinci), ACTH (menggunakan tikus), antibiotik polimiksin dan basitrasin, vitamin A dan D, faktor pembeku darah, preparat-preparat antigen dan antibody, digitalis dan pirogen.

;;

By :
Free Blog Templates